Food Galleria

Aku gak pinter masak...hanya "wanna be".
Tapi paling enggak ini beberapa makanan yang "lolos" dari sensor my best costumer alias suami tercinta (dan terlaper: ). Dia juga yang jepret gambarnya dengan alasan, "biar nanti bisa ditulis resepnya..". Yah...kayaknya harapannya mungkin sia-sia, soalnya aku kemungkinan gak berbakat nulis resep : ).
Anyway, kalau kelak aku akhirnya nyerah juga..dan nulis resepnya, i think these food are quite simple. Even a man can cook!
Doain ya, mudahan gak lupa : ).

Indonesian fried rice______muff..muff..muffin!_________ malay chiken rice

Ayam Kecap pedas______Tumis daging Vietnamesse________Tuna spaghetti

Blueberry cheesecake ________Kaastengels___________Tea brownies
Ayam goreng tepung_______Ikan kembung rica-rica_____ Baso tahu goreng


Mi Familia

Setelah beberapa kali mendapatkan pertanyaan-pertanyaan (yang kebanyakan melalui imel atau kalau kebetulan nelp), akhirnya kepikir untuk menjawabnya melalui blog ini. It's about my husband. Sejak meninggalkan tanah air, memang belum sempat mengenalkan kepala keluarga kecilku ini ( cie........). Seminggu setelah acara nikah kami berdua langsung kembali ke negeri ini untuk menempati rumah kontrakan baru........ : ) maksudnya, untuk memulai kehidupan baru.
Jadi siapakah gerangan dia?
Suamiku lahir di Biak, masa kecil sampai SMA dihabiskan di pulau kecil dekat Kalimantan yang bernama "Pulau Laut". Mengaku waktu SMA selalu pergi dari rumah ke sekolah dengan menggenjot sepeda sejauh 10 km sambil baca buku pelajaran (wuadoh gimana coba caranya, untung gak sambil bikin peer), selepas SMA hijrah ke pulau Jawa untuk mengikuti pertarungan UMPTN. Waktu pertama kali ke Jakarta ngakunya terheran-heran melihat gemerlapnya kota dengan gedung-gedung tinggi (maklum, dari pulau keciiiillll). Kemudian, anak pulau laut itu berkesempatan kuliah di UGM jurusan kimia.
Lepas dari kuliah sempet kerja sebentar di perusahaan kimia. Pernah kuliah MM-UGM, namun dia tinggalkan beasiswa itu untuk menjawab tantangan lain. Tantangannya adalah intensive course bahasa jepang (AYF) yang memungkinkan untuk lanjut ke pascasarjana di univ jepang. Nah, disinilah cerita pertemuan 2 manusia berawal. Berangkat wawancara untuk program bahasa jepang tersebut, ketemulah dia dengan aku yang waktu itu juga sebagai salah satu kandidat. Usai wawancara, kita makan bareng di KFC Sarinah Jakarta, yang diakhiri dengan ke-sebel-an yang luar biasa dari aku : ) ; ). Jadi waktu ketemu saat itu boro boro deh ada "tring-tring" atau apa gitu, yang ada ya sebel aja..he..
Akhirnya, setelah sempat pisah negara selama 2 tahun dan hanya ketemu 4x, tahun ketiga dia resmi jadi suamiku. Sekarang dia juga tinggal disini, masih melanjutkan sekolahnya (eh, pingin berhenti ding). Oya, selain hobi ngelab-ngelab, dia juga hobi ngelap-ngelap lho! Pokoknya kalo hari minggu dapurku wangi deh! (seneng mode).

di tengah undangan makan siang

nyoba-nyoba acting jadi pelaut

Sadou (Upacara Minum Teh)

Sadou, atau yang lebih dikenal dengan nama "Upacara Minum Teh" ala jepang adalah tradisi yang konon kabarnya bermulai sebelum Jaman Edo, atau kira-kira 400 tahun yang lalu. Awal-awalnya, tradisi ini dilakukan oleh kalangan bangsawan atau para samurai di jepang terhadap tamu-tamunya, dan terus berlangsung sampai sekarang dan telah menyentuh masyarakat umum di jepang.

Tradisi yang memiliki kurang lebih 300 tata cara (wah...), dan berbeda menurut musim dan tempat, atau kepada siapa para sadou sensei berguru pada pendahulunya, kabarnya dimulai di Kyoto, kota yang penuh dengan budaya tradisional jepang.

Tanpa disangka-sangka akhirnya dapet juga kesempatan menjadi tamu (walopun gak terlalu resmi-resmian .. :)) untuk acara Sadou dari satu keluarga teman di Jepang dalam rangka awal musim semi, di rumah seorang kawan suami, yang kebetulan ibunya adalah Sadou sensei, yaitu sebutan bagi seorang expert dalam hal tata cara Sadou jepang.

Sadou Sensei memperagakan sekaligus menjamu dalam upacara minum teh. Cawan untuk minum teh hijau atau ocha dan wadah untuk menyimpan bubuk ocha (wadah kecil berwarna hitam dikanan) diklasifikasikan sebagai sebuah Sakuhin, atau karya seni jepang. Harganya bisa mahal sekali (kira-kira beberapa ratus ribu atau juta kalau dirupiahkan).

Latar belakang tangga merah adalah display boneka yang hanya dibuat pada kesempatan hinomatsuri, atau hari bagi anak perempuan di jepang. Tangga yang bertingkat-tingkat mendeskripsikan kelas dalam masyarakat jaman dulu, dimulai yang teratas dari prince and princess, pendeta, knight, pemusik, dan miniatur mebel dari mulai lemari pakaian, meja hias. Miniatur-miniatur ini dibuat sangat detail,biasanya diberikan oleh nenek, atau ibu untuk cucu atau anak perempuannya. Walaupun benda-benda ini dijual umum, namun yang tampak di diplay ini adalah buatan sang ibunda.
Oya, kabarnya setelah matsuri ini selesai, tangga itu harus buru-buru diberesin lagi karena konon katanya, kalo enggak, anak perempuan yang ada dirumah tersebut susah nikah.


Salah satu jenis okashi, atau penganan manis yang disajikan sebelum meminum ocha. Rasanya yang manis menjadi penawar bagi rasa ocha yang agak pahit (pingin nambah kuenya : ), tapi ternyata gak boleh dalam acara minum teh ini. Kalo nambah tehnya boleh)

Ada beberapa rule yang dipandang sebagai tata krama tamu dalam acara minum teh. Diantaranya 1) Membungkuk hormat pada penyaji saat ocha disajikan, 2) Memandang ornament yang ada di cawan dengan penuh perhatian, menghargainya sebagai karya seni sebelum meminum teh dalam cawan tersebut, 3) Membuat percakapan ringan kepada tuan rumah tentang barang-barang seni tersebut, seperti siapa yang membuat, kapan dibuatnya (jangan tanya harganya ya..: ). Dan tentunya....harus duduk *pegel* manis : ).

Demikianlah cerita singkat tentang upacara minum teh yang penuh dengan keanggunan, tata krama, keindahan, sekaligus kesederhanaan dalam tradisi jepang. Jangan khawatir tentang pahitnya rasa ocha, dan pegelnya duduk, karena acara ini (kalau formal) adalah salah satu bentuk penghargaan orang jepang terhadap tamunya. Sayang untuk dilewatkan!

Salam,